Sabtu, 15 Desember 2012

Siraman tempat "EYang Tarwo"

Seumur-umur belum pernah ikut acara lengkap kaya gini,
meskipun sambil momong,.. bulbulnya minta ini-itu,
maklum kejatah panitya ikut among tamu, sbg tugas dimasyarakat.
Disamping itu kl dapat jatah und kebagian pas acara siraman
atau midodareni atau apalah yang lengkap pas acara sekolah
yang tidak mungkin bisa ditinggalkan.Gmn tidk?..acara adat itu
perlu waktu  min 3/2 hari tergantung kemampuan yg punya hajat
mahaaall...........bok

           Siraman adl upacara adat ritual warisan nenek moyang kita
yang mengandung banyak falsafah di dalamnya.
Dalam tiap langkah pada prosesi siraman dimaknakan
agar para calon pengantin membersihkan diri dan hati sehingga
semakin mantap untuk melangsung pernikahan esok harinya.
Upacara lebih bersifat intern ini seluruh keluarga besar berkumpul,
berbagi suka, memberikan doa restu dan dukungan moral
pada sang calon pengantin memasuki fase baru dlm kehidupannya.




        Kebetulan sodaranya ada yg dari jogya sehingga dipakai
campuran adat solo-jogya Perlengkapan acara Siraman terdiri dari:
Gayung Siraman, untaian padi kuning keemasan yg menyertai
gayung tsb, melambangkan merunduk dan mengayomi keluarga.
Bubur Sengkolo memiliki arti sbg penolak bencana shg semua
berjalan lancar;
Selain itu terdapat rebusan umbi umbian yang tumbuh dlm tanah
(lebih dikenal dengan nama polo pendem) dimaknakan
agar rumah tangga yg nanti akan dibina oleh sang pengantin
akan mempunyai pondasi yang kuat.
Terdapat pula rangkaian buah kulit; 
Kendi air siraman tempat air kucuran wudhu;  
Tumpeng Robyong yg bermakna harapan akan keselamatan,
kesuburan & kesejahteraan;
Tumpeng untuk acara suapan terakhir; serta tidak ketinggalan  
Kreweng, yaitu uang dari tanah liat yang akan digunakan untuk
membeli cendol dalam acara "dodol dawet".

          Yang dipersiapkan juga yaitu mangkuk air bunga dan
gunting untuk upacara potong rambut setelah siraman,
serta sekop mini penggali lubang utk upacara tanam rikmo
(tanam rambut). si empunya hajat menyediakan
tanda mata (souveneer) bagi para sesepuh yang nanti akan
menyirami , untuk para undangan acara siraman,
juga telah dipersiapkan sekotak roti.

Air Siraman dan Pemasangan Bleketepe

    
   










        Kegiatan diawali dgn menyiapkan air siraman yang
berasal dari 7 sumber ke dalam gentong.
Sumber air siraman biasanya diambil dr rumah besan kartosuro,
rumah pini sepuh jogya,berbgi sumber di klaten dan rumah
yg kemudian diaduk dengan campuran bunga.
        Sambil menunggu calon mempelai puteri bersiap-siap
untuk siraman, sang Ayah melakukan pemasangan bleketepe
(anyaman daun kelapa) sebagai tarub pada gerbang rumah.
Pemasangan tarub dimaknakan sebagai tanda resmi bahwa
akan ada hajat mantu di rumah yang bersangkutan.
Tata cara memasang tarub adalah sang Ayah menaiki tangga,
sementara Ibu memegangi tangga sambil membantu
memberikan bleketepe. Tatacara ini menjadi perlambang
gotong royong kedua orang tua yg jadi pengayom keluarga.
Sejarah mengenai kegiatan pemasangan tarub ini dimulai pada saat Ki Ageng Tarub,salah satu leluhur raja-raja Mataram mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan karena rumah Ki Ageng yang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar rumah diteduhi dengan payon daun kelapa itu. Dengan diberi ’payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung menjadi luas dan menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ’tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya.
          Setelah selesai memasang tarub, kain penutup tuwuhan
di kedua sisi gerbang masuk di buka. Tuwuhan mengandung
arti suatu harapan kepada anak yg dijodohkan agar dpt
memperoleh keturunan, melangsungkan sejarah keluarga.











Tuwuhan terdiri dari :
  • Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak. Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah, diharapkan pasangan yang akan menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
  • Tebu wulung berwarna merah. Dimaknakan sebagai sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ’kewicaksanaan’ atau kebijakan.
  • Cengkir Gadhing merupakan simbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambang keturunan.
  • Daun randu dan Pari Sewuli Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehingga hal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
  • Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan) Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan terbebas dari segala halangan

 

Jalannya Acara Siraman

        Acara diawali dgn sungkem calon pengantin kpd
orang tua untuk mohon doa restu. Setelah itu calon pengantin
dibimbing ke tempat siraman yang sudah disiapkan.
Siraman dimulai dari kedua orang tua pengantin diikuti
oleh pini sepuh yg telah dipilih.. Air wudhu lalu dikucurkan
oleh sang ayah dari kendi siraman.
Kemudian kendi dipecahkan oleh kedua orang tua sebagai
tanda pecahlah pamor sang anak sebagai wanita dewasa &
memancarlah sinar pesonanya.Acara potong rambut,
diikuti dgn menggendong ananda ke dlm rumah melambangkan
kasih sayang orang tua yg senantiasa mengiringi anaknya sampai
detik terakhir menjelang tahap baru kehidupan sang anak.

 Dodol Dawet

Sementara menunggu calon pengantin wanita berganti
busana, seluruh keluarga berkumpul menyiapkan tumpeng
untuk acara suap-suapan di akhir acara. lalu membagikan
uang kreweng untuk digunakan  acara jual cendol (dodol dawet).


          Makna dodol dawet diambil dari cendol yang
berbentuk bundar, diartikan sebagai lambang kebulatan
kehendak orang tua untuk menjodohkan anaknya.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut
harus membayar dengan kreweng (pecahan genting) 
bukan dengan uang.  Hal itu menunjukkan bahwa 
kehidupan manusia berasal dari bumi.
Yang melayani pembeli adalah ibu sedangkan
yang menerima pembayaran adalah ayah.
Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yg akan menikah
tentang bagaimana mencari nafkah, bahwa sebagai
suami istri harus saling membantu. Dibalik itu ada juga
makna jenaka dari acara ini, yaitu simbolisasi kalau esok
hari pada saat akad nikah dan resepsi, tamu-tamu yg
datang akan sebanyak dan seramai jualan cendol/dawet
tersebut! Bener-bener byk filosofi yg bisa diambil,hikmahnya....

Tanam Rambut Selanjutnya upacara dilanjutkan dengan tanam rikmo/
rambut oleh orang tua. yang ditanam adalah potongan
rambut kedua calon mempelai, dilakukan setelah wakil keluarga
calon pengantin wanita kembali dari kediaman calon pengantin
pria dengan membawa potongan rambut. Disini lucunya saking
emangat yang tarwo gunting banyak rambut anaknya...
kan kasian kalau gundul hhiihii....

Pelepasan Ayam Jantan hitam merupakan prosesi selanjutnya
yg berarti bahwa orang tua sudah dengan sepenuh hati ikhlas
melepas putrinya untuk hidup mandiri& memperoleh rejeki
yg luas &barokah.i. Harusnya diadak tapi mengingat tpt ga ada,
juga kompleks ga ad yg piara ayam makanya ditiadakan...hihi..

Suapan

Di penghujung acara, calon pengantin wanita yg telah berganti
busana menerima uang kreweng hasil penjualan dodol dari Ibunda.
N ini ktnya uang tadi dihitung...ternyata dibw bulbul dicari pemilik
rumah dia ...pikir itu buat kakaknya sbg souvenir...hhii bener22
kirmah ma kakaknya ....hhiihi
Melambangkan pengajaran sang Ibu tentang bagaimana hidup
mandiri &mengatur nafkah pada kehidupan perkawinan.
Suapan terakhir &cium sayang dari kedua orang tua mengakhiri
rangkaian acara siraman adat Jawa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar