Jumat, 02 Agustus 2013

SATRIA NUSANTARA

Sejarah LSP Satria Nusantara                     

             Organisasi Satria Nusantara pertama kali didirikan pd tgl 31 Agustus 1985 di Yogyakarta, dengan nama Perguruan Tenaga Dalam Satria Nusantara yang dibimbing langsung oleh nara sumber ilmu Satria Nusantara bpk Drs. Maryanto.
              Utk memantapkan amal usahanya maka pada tgl 11 Agustus 1986 dibentuklah Yayasan Satria Nusantara dan Perguruan Tenaga Dalam Satria Nusantara menjadi Lembaga Seni Beladiri Tenaga Dlam Satria Nusantara (LSBTD SN). Keorganisasian Satria Nusantara di tingkat Pusat langsung ditangani oleh Yayasan Satria Nusantara, sedang utk tingkat daerah, operasional organisasi bernama Lembaga Seni Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara (LSBTD -SN), seperti LSBTD SN Surakarta, LSBTD Semarang.
               Sejak tahun 1991 utk realisasi penelitian secara medis, Satria Nusantara bekerja sama dengan Depkes RI melalui Lab P4TD yang beralamat di Jl. Indrapura 17 Surabaya. Melalui hasil keputusan Rakernas Pengurus Lembaga Daerah tertgl 17 Juli 1993 di Bengkulu diputuskan adanya perubahan nama organisasi menjadi Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara (LSPSN)
Pada tahun 1995 telah terlengkapi fasilitas Organisasi berupa pemilikan Kantor Pusat yang representative di Jl. Kebun Raya 39 Yogyakarta 55171. Telp: 0274-370150, Fak: 0274-382811, E-mail:info@sn-pusat.com,kesra@sn-pusat.com, kepelatihan@sn-pusat.com dan husada@sn-pusat.com.
               Setelah dibentuknya LSP SN Pusat pada tahun 1995 peran yayasan Satria Nusantara semakin kecil. Pada tahun 1998 secara resmi memposisikan sebagai organisasi massa setelah diselenggarakan Munas I tahun 1998 di Yogyakarta. Munas II pada tahun 2002 di Yogyakarta. Karena keberadaan Yayasan Satria Nusantara sudah tidak aktif dalam peranannya di Organisasi Satria Nusantara, maka pada tanggal 24 Juli 2002 Yayasan Satria Nusantara dibubarkan dengan Akte Notaris nomor : 16 tgl 9 Agustus 2002.

Satria Nusantara What ?


Satria Nusantara adalah salah satu ilmu bela diri yang digali dari akar budaya leluhur bangsa Indonesia yang memadukan antara gerak tubuh dan pernafasan serta konsentrasi untuk menghasilkan suatu sistem biolistrik tubuh yang lebih mantap, kuat dan teratur, sehingga dapat membela diri sendiri terhadap berbagai serangan (penyakit) di dalam tubuh, dapat pula dimanfaatkan untuk beladiri terhadap serangan dari luar dan bahkan dapat pula dipergunakan untuk menolong/mengobati orang yang sakit.
Kata "SATRIA" dalam Satria Nusantara bila diuraikan maka terdiri dari kata Sat=Enam, Tri=Tiga dan A=Ya=Daya=Kekuatan. Dalam perguruan ini diusahakan untuk mengembangkan enam indera manusia dengan tiga kekuatan:
  1. Kekuatan Fisik, dilatih dengan gerak/jurus tertentu.
  2. Kekuatan Batin, dilatih dengan pernafasan tertentu.
  3. Kekuatan Iman, dilatih dengan dzikir khafi/hati "Laa illaaha illallah" (bagi muslim).
Jadi di sini yang ada hanya jurus, nafas dan dzikir hati Laa Illaaha Illallah, tidak ada yang lain-lain lagi, tidak ada susuk, jimat, puasa mutih, ngebleng, dlsb. Satria Nusantara juga tidak mengenal istilah berpantang makanan

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa sifat ilmu Satria Nusantara adalah beladiri, baik terhadap yang abstrak (guna-guna, santet, pukulan jarak jauh, dsb.) maupun yang konkret. Dapat digunakan sebagai beladiri untuk sendiri dan menolong orang lain, seperti: mengisi, memagar, dan mengobati. Untuk tingkat Dasar ada 10 jurus. Setelah calon anggota berlatih dari kuda-kuda sampai 10 jurus, maka bahan tenaga cadangan dalam tubuh yang berubah menjadi kekuatan/tenaga dalam yang berbentuk getaran/frekuensi akan "dibuka" dengan cara tertentu sehingga dapat memancar keluar membentuk semacam medan magnet yang akan selalu melindungi badan dari serangan orang lain.

Jadi ilmu Satria Nusantara bersifat defensif/pertahanan dan ini berarti tidak untuk mengganggu orang lain, untuk jago-jagoan, tetapi jangan coba-coba orang lain mengganggunya.
Karena tenaga dalam yang berbentuk getaran tersebut secara spontan/langsung menangkis dan membalas serangan dan gangguan yang datang. Dengan demikian anggota yang telah selesai tingkat Dasar sudah siap mempraktekkannya.

Adapun tujuan utama Seni Pernafasan Satria Nusantara ini adalah untuk pembinaan fisik dan mental tauhid, sehat lahir dan batin. Dengan dzikir hati Laa Illaaha Illallah, diharapkan dapat membersihkan hati sehingga badan/fisik jasmani dengan sendirinya akan dituntut untuk berbuat sesuai dengan keyakinan dalam hati tersebut. Pengakuan Tidak ada Tuhan selain Allah diharapkan bukan hanya pengakuan lisan, tetapi mencakup keyakinan dalam hati, ucapan lisan, dan diwujudkan dengan amal nyata.

Dengan mengikuti latihan Seni Pernafasan Satria Nusantara maka akan dihasilkan beberapa manfaat, antara lain:
  1. Orang sakit menjadi sembuh.
  2. Orang sehat terjaga dan meningkat derajat kesehatannya.
  3. Menghasilkan tenaga dalam untuk beladiri.
  4. Menghasilkan tenaga dalam untuk mengobati diri sendiri dan atau orang lain yang sakit.
  5. Mendapatkan rasa yang disebut "indra ke enam".
  6. Meningkatkan rasa persaudaraan.
  7. Dan lain-lain
Y.S. Santosa Giriwijoyo, seorang dosen Ilmu Faal dan Ilmu Faal Olahraga FPOK-IKIP Bandung dalam makalahnya "Penyehatan dan Penyembuhan Diri melalui Olah Seni Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara" yang disampaikan pada Semiloka Pengobatan Tenaga Dalam di Surabaya menyimpulkan antara lain:
  1. Jurus-jurus Seni Pernafasan Satria Nusantara memenuhi kriteria Olahraga Kesehatan.
  2. Dibandingkan dengan Olahraga Kesehatan yang lain pada umunya, maka Seni Pernafasan Satria Nusantara adalah lebih baik oleh karena secara serentak membina aspek jasmani, rokhani dan sosial sehingga merupakan Olah manusia seutuhnya!
  3. Penekanan nafas selama melakukan jurus-jurus menyebabkan terjadinya keadaan hypoxic-anaerobik yang merupakan rangsang bagi peningkatan kesehatan dan kesembuhan seluruh sel-sel jaringan tubuh.
  4. Analisa Ilmu Faal menunjukkan adanya potensi yang besar dari Seni Pernafasan Satrai Nusantara terhadap pencegahan dan penyembuhan penyakit melalui mekanisme pelatihan hypoxic-anaerobik terhadap sel-sel tubuh.
  5. Hasil penelitian oleh Tim Dosen FPOK-IKIP Bandung terhadap latihan Pra-Dasar Seni Pernafasan Satria Nusantara selama 12 hari berturut-turut menunjukkan adanya pengaruh yang positif terhadap kesehatan dan kemampuan fungsional, akan tetapi signifikansinya masih perlu diuji lebih lanjut. 




Manfaat Pengolahan Satria Nusantara Dalam Meningkatkan Kualitas Manusia Seutuhnya..

Hukum alam adalah hukum Allah yang berlaku di alam ini. Betapun tinggi ilmu dan teknology yang dikembangkan manusia ,tidak akan mungkin dapat mengubah hukum Allah.
Apa yang dapat dilakukan oleh manusia adalah menelusuri dan mencoba memahami hukum hukum alam tersebut, sehingga dgn izinnya manusia dapat memanfaatkan hukum itu untuk meningkatkan derajat kehidupan yang semakin baik . Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah yg paling sempurna tetapi justru sering dilupakan oleh manusia itu sendiri.

Manusia dapat berjalan , berbicara, bergerak, jantung dapat berdenyut serta berbagai aktifitas lainnya didalam tubuh merupakan peristiwa yang erat hubungannya dengan masalah listrik.Semua alat tubuh manusia khususunya syaraf dan otak dalam menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan peristiwa listrik. Dengan demikian manusia sebenarnya merupakan satu system biolistrik yang sangat menarik untuk diamati.

Kehidupan manusia yang semakin komplek, disertai dengan adanya polusi dalam segala bidang kehidupan, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat mental, menimbulkan berbagai macam problema hidup yang menyebakan banyak manusia menjadi sakit. Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik didalam tubuh dan sebaliknya gangguan listrik pada suatu organ dapat menimbulkan gejala penyakit.

Dalam dunia kedokteran, peristiwa listrik tubuh ini sudah dimanfaatkan antara lain untuk mendiagnosa gelombang listrik otak dengan mengunakan alat yang disebut EEG dan mengamati listrik jantung dengan ECG dan sebagainya.

Untuk dapat hidup manusia butuh bernafas, tentu saja bernafas biasa berbeda dengan bernafas untuk sehat dan mengembangkan tenaga dalam. Bernafas biasa dikerjakan dengan reflek sedangkan bernafas untuk tujuan kesehatan dan pengolahan tenaga dalam dikerjakan secara teratur dan sadar.
Sehat adalah modal dasar untuk menjaga kelestarian kualitas sumber daya manusia, tanpa kesehatan semua akan menjadi tiada gunanya.


Sumber bacaan : SINOPSIS TENTANG SATRIA NUSANTARA 1994 oleh Drs. Maryanto dkk




1 komentar: